-marriage-

/
0 Comments
Bagaimana saya mau memulai pembicaraan ini ya?
setiap manusia yang dilahirkan kedunia ini pasti punya keinginan untuk menikah, mempunyai anak dan membangun masa depan bersama..
sesusah apa sih ketika kita sudah punya segalanya?
well, ternyata susah..
bukan harta yang membuatnya susah..
tapi ego, dan lagi - lagi ego..

saya sering membaca novel - novel tentang persiapan pernikahan dan hanya tahu bahwa menikah tidak segampang membalik telapak tangan. banyak wanita yang menjadi sensitif serta ragu ketika pembicaraan itu mulai muncul.
menikah itu masalah komitmen dan masa depan..bukan hanya urusan nafsu dan keinginan sesaat.
untuk dua orang yang berkerja di satu atap yang sama, dengan gaji yang menurut semua orang sudah cukup untuk berkomitmen, menurut semua orang pun saya sudah cukup umur untuk menikah.
memang gampang sih klo dipikir dengan hati. pertemukan kedua keluarga, lalu ijab qobul dan selanjutnya langsung menjalani kehidupan rumah tangga...
(saya pun berfikir sampai segini saja)
saya pikir, masa depan dengan pun akan dengan mudah diraih ketika kita sama - sama bekerja dan mempunyai penghasilan.

yup, sampai saat ini saya memang masih bersamanya, jadi mengejar SK sesama dilarang menikah pun masih tidak apa - apa..
namun, logika Ayah saya ternyata tidak hanya sampai disini. Ayah saya menyadarkan bahwa ketika karier saya ataupun suami saya bagus, kami akan secara manajemen bisa langsung dipindah tugas kan kemana saja diseluruh sumatera ini, question is, siapkah saya?
ketika sekarang saya memutuskan untuk menikah dan kemudian dipindahkan, saya pasti akan mencari segala cara untuk bagaimana pun juga menyusul dia ke tempat baru nya, dan ketika jalan itu mentok, hanya dua pilihan LDR atau keluar dari sini.
ujung - ujung nya keluar dari sini juga karena bagaimanapun saya wanita , istri dan calon dari ibu anak - anak..
itulah yang ayah saya fikirkan sekarang,.. bagaimana cara saya keluar dengan terhormat,,
Ayah hanya tidak ingin saya keluar ketika saya belum menikmati hasil kerja saya untuk diri saya sendiri.
karena Ayah tahu diri saya...

dan sampai sekarang, bagi saya, menikah masih sesuatu yang menakutkan. entah kenapa..
apa karena saya masih kurang dewasa?atau karena perspektif saya yang sudah terlanjur berkata bahwa saya akan menikah minimal usia 25?

hmm..
jujur saya masih bingung, jujur saya masih ragu, bukan karena saya tidak yakin "he's the one"
tapi karena menikah adalah komitmen seumur hidup,..
saya merasa perlu meng-adem-kan otak saya dulu...


You may also like

Tidak ada komentar: